Naskah Role Play
Aktris : Agustin Lisa Andriana as
Pasien
Diah Ayu Kusuma W as Perawat
1
Linda Nur Siwi as
Perawat 2
Neneng Nur Aeini as Ibu Pasien
Triyani as
Dokter
Reni Miya Uatami as Penolong 1
Elia Rahayu as Penolong 2
Eni
Diana as Petugas
RM
Narator : Anis Risma Fadhilah
Operator : Eni Diana
Backsound kecelakaan
Narasi
Pada
suatu hari terjadi sebuah kecelakaan tunggal yang mengakibatkan seorang remaja
perempuan mengalami cidera dan kemudian dilarikan ke rumah sakit Mitra Sehat
oleh dua pengendara lain yang menolongnya.
Backsound bunyi ambulance
Pasien
(Setengah sadar dengan merintih kesakitan)
Penolong : “Sus tolong ada pasien kecelakaan,
tolong segera
ditangani”
Narasi
Perawat IGD segera mengambil brankart, dan
memindahkan pasien pasien diatas bed.
RM : “Maaf anda siapanya ?”
Penolong
1 : “Saya yang menolong sus”
RM :
“Anda tahu identitas dari korban ini mbak ?”
Penolong
1 : “Tidak sus tapi saya coba tanya
ke korbannya dulu.”
(si
penolong menghampiri korban)
Penolong
2 : “Dek kamu bawa KTP, boleh saya
pinjam dulu untuk administrasi? Kamu bawa hp atau tidak ? Nanti saya akan
mengabari keluargamu”
Pasien
: “Di tas pak” (dengan suara
lemas).
Narasi
Kemudian
si penolong mengurusi registrasi si korban dan menghubungi keluarga klien.
Sementara itu, si perawat sedang menangani
korban kecelakaan tadi.
Perawat
1 :
“Dek-dek bisa dengar saya ?”
Pasien
: “aduh sakit sus”
Perawat
1 :
“yang sakit sebelah mana dek ?”
Pasien
(menggerakkan bagian yang sakit.)
Perawat 1
: “pusing tidak dek ?”
Pasien
: “pusing sus”
*di
receptionis
Keluarga : “sus anak saya tadi kecelakaan dan dibawa
ke rumah sakit. Pasien dengan nama Andriana ?” (dengan ekspresi yang panik)
RM :
“disebelah sana buk, mari saya antarkan”
Narasi
Petugas
RM pun mengantarkan Ibu pasien menuju bad tempat anaknya
dirawat
RM : “ Ini bu,
anak ibu ada di dalam”
Ibu : “ Oh iya, makasih sus”
RM : “ Iya bu,
sama-sama”
Narasi
Sang Ibu pun segera membuka sampiran dan menjumpai anaknya
terbaring tak berdaya di atas tempat tidur
Ibu : “ Ya Allah nak...... kok
bisa sampek kayak gini to?,
apanya yang sakit nak?”
Pasien : “ Kaki bu, sama pusing”
Ibu : “ Lha ini tadi kamu sudah
diperiksa sama dokter belum
nak?”
Pasien : “ Sudah bu”
Ibu : “ Terus apa katanya
dokter?”
Pasien : “ Gak tau bu”
Narasi
Ditengah perbincangan ini
perawat datang ke ruangan pasien
Perawat 1 : “ Permisi bu, saya izin mau menanyai
adeknya sebentar ya
bu”
Ibu ; “ Iya sus, silahkan”
Perawat
1 : “Gimana
dek ada yang dikeluhkan lagi ?”
Pasien : “ Masih sus, dada saya terasa
sesak ”
Perawat 1 :“
Kalau begitu saya pasangkan oksigen dulu ya, biar nafasnya lancar.”
Pasien (
Menganggukan kepala)
Narasi
Perawat memulai tindakan pemberian oksigen
pada pasien
Ibu :
“ Lho nak dadamu sesak juga to?” (Sang ibu kaget)
Pasien (
Menganggukkan kepala)
Ibu : “ Ini kenapa ya sus, kok
dada anak saya sesak? Padahal
kan anak saya tidak punya riwayat sakit
asma”
Perawat
1 :
“ Mungkin anak Ibu mengalami syok, sehingga dadanya terasa sesak”
Ibu :
“ Lha ini tadi katanya anak saya sudah diperiksa sama
Dokter, hasilnya gimana ya sus?”
Perawat 1 :
“ Oh itu, nanti Ibu akan dijelaskan secara langsung oleh dokter bu”
Ibu :
“ O begitu ya sus”
Perawat 1 :
“ Iya bu, kalau begitu saya permisi dulu ya bu, kalu butuh sesuatu bisa panggil
kita di ruang perawat ya bu”
Ibu : “ Baik sus”
Perawat 1 : “ Mari bu, permisi”
Ibu : “ Oh iya, monggo”
Narasi
Perawat kembali ke ruang perawat dan Ibu
pasien tetap menunggu pasien di samping tempat tidur pasien. Setelah beberapa
menit kemudian, seorang perawat datang kembali.
Perawat 2 :
“ Permisi bu, Ibu diminta untuk menemui dokter sekarang bu”
Ibu :
“ Iya sus, lha terus anak saya sama siapa
sus?”
Perawat
2 : “ Ibu
silahkan temuidokter dulu, anaknya biar saya yang menjaga”
Narasi
Di ruang jaga Ibu pasien
bertemu dengan Dokter yang berjaga di IGD
Dokter : “ Keluarga dari Saudari Andriana
ya bu”
Ibu : “ Iya dok, bagaimana dengan
anak saya dok?”
Dokter : “ Silahkan duduk dulu bu, saya
akan menjelaskan tentang
keadaan anak ibu”
Ibu : ” Iya dok” (sambil duduk)
Dokter :
“ Ini sepertinya ada gangguan pada tulang di bagian kaki
Saudari
Andriana, dan sejak tadi dia mengeluhkan pusing, jadi untuk mengetahui keadaan
tulang di bagian kakinya kita sebaiknya melakukan rogten terlebih dahulu dan juga
sebaiknya kita melakukan CT Scan untuk mengetahui keadaan dari bagian dalam
kepala anak Ibu”
Ibu : “ Memangnya kalau tidak dilakukan
itu kenapa ya dok?”
Dokter : “ Jika tidak dilakukan rogten dan
CT scan, kita tidak
mengetahui
keadaan pastinya, jadi kita tidak bisa mengambil tindakan selanjutnya”
Ibu : “ Kalau saya pikirkan
terlebih dahulu bagaimana dok?”
Dokter : “ Iya bu silakan, tetapi saya
mohon Ibu segera
memberikan keputusan
agar kita bisa melakukan tindakan
selanjutnya”
Ibu : “ Baik dok, kalau begitu
saya permisi dulu”
Dokter : “ Oh iya bu, silahkan”
Narasi
Sang ibupun kembali menuju ruangan pasien,
namun di tengah perjalanan Ibu bertemu dengan perawat yang menangani anaknya
tadi
Perawat 1 : “ Ibu, bagaimana anaknya bu?”
Ibu : “ Eh suster, tadi kata
dokter sebaiknya dilakukan rogten dan CT scan
pada anak saya, tapi kok saya nggak yakin
ya sus?”
Perawat 1 : “ Memang sebaiknya dilakukan itu bu,
agar bila terjadi sesuatu bisa segera diketahui dan ditangani, bagaiamana bu
apa ada yang kurang jelas?”
Ibu :
“ Tapi itu nanti beresiko atau tidak ya sus?”
Perawat 1 : “ InsyaAllah tidak apa-apa bu”
Ibu :
“ Oh ya ya ya, makasih ya sus informasinya”
Perawat 1 : “ Iya, bu sama-sama, mari bu”
Ibu :
“ Iya sus”
Narasi
Setelah mendapat informasi dari perawat, Ibupun
yakin dengan keputusan yang akan diambilnya, dan menuju ruang dokter untuk konfirmasi
Dokter : “ Bagaimana bu?”
Ibu :
“ Setelah saya pikir-pikir saya setuju
bila anak saya
dirogten
dan di CT scan”
Dokter : “ Baiklah kalau begitu ibu bisa
menandatangani surat
persetujuan
tindakan”
Ibu :
“ Iya dok, saya tanda tangan dimana?”
Dokter : “ Ini silahkan Ibu baca terlebih dahulu , kemudian
tanda
tangan
di sebelah sini”
Narasi
Kemudian Sang Ibu kembali ke kamar pasien ,
setelah beberapa saat kemudian datanglah seorang perawat.
Perawat
2 : “ Permisi bu, Dek ini mau
dilakukan rogten, ini adek mau saya antarkan ke ruang radiologi, sebelumnya
perhiasannya dan jamnya dilepas dulu ya, biar dibawa ibunya dulu”
Pasien
(menganggukan kepala)
Perawat
2 : “ Mari dek saya antarkan”
Pasien :
“ Saya maunya diantar mbak perawat yang
tadi”
Perawat
2 : “ Perawat yang tadi sudah
pulang dek, biar saya antar saja ya dek, Ibunya juga boleh ikut nganter kok
Pasien : “Iya sus” (terdiam sejenak)
Narasi
Dan
akhirnya Andriana pun dibawa ke ruang radiologi untuk diakukan rongten. Dari
hasil rogten diketahui bahwa pasien mengalami patah tulang, dan harus di rawat
inap untuk segera dilakukan operasi.
A.
Teknik
komunikasi Terapeutik yang digunakan dalam role play “ Komunikasi Terapeutik
pada Pasien di IGD” adalah :
1.
Observasi : kegiatan
mengamati kondisi klien/orang lain. Observasi dilakukan apabila terdapat
konflik antara verbal dan non verbal yang butuh pengamatan lebih mendalam.
Contoh pada dialog
Pasien
: “aduh sakit sus”
Perawat 1 :
“yang sakit sebelah mana dek ?”
Pasien
: (menggerakkan bagian
kaki kiri yang sakit.)
Perawat 1 :
“oh yg sakit bagian kaki kiri ya dek? pusing tidak
dek
?”
Pasien
: “iya sus, pusing sus”
2. Klarifikasi: menanyakan kepada klien apa yang tidak
dimengerti perawat terhadap situasi yang ada. Klarifikasi dilakukan apabila
pesan yang disampaikan oleh klien belum jelas bagi perawat dan perawat mencoba
memahami situasi yang digambarkan oleh klien.
Contoh dialog
Perawat 1 :
“yang sakit sebelah mana dek ?”
Pasien
: (menggerakkan bagian
kaki kiri yang sakit.)
Perawat 1
: “oh yg sakit bagian kaki kiri ya dek? pusing tidak
dek
?”
3.
Offering
Sel (menawarakan diri): perawat menawarkan diri adalah
menyediakan diri untuk membantu kebutuhan klien.
Contoh dialog:
Perawat
2 : “ Permisi bu, Ibu diminta untuk
menemui dokter sekarang
bu”
Ibu : “ Iya sus, (terdiam sejenak) lha
terus anak saya sama siapa
sus?”
Perawat
2 : “ Ibu silahkan temuidokter dulu,
anaknya biar saya yang
menjaga”
4. Ekplorasi
: mendalami masalah yang dihadapi klien.
Contoh dialog
Perawat 1 : “Gimana dek ada yang
dikeluhkan lagi ?”
Pasien : “ Masih sus, dada saya
terasa sesak ”
Perawat : sesak banget atau tidak dek
?
Pasien : “iya sus lumayan susah buat
nafas”
Perawat
1 :“ Kalau begitu saya
pasangkan oksigen dulu ya, biar nafasnya
lancar.”
5. Menawarkan informasi: Menyediakan
tambahan informasi dengan tujuan untuk mendapatkan respon lebih lanjut.
Ibu : “ Ini kenapa ya sus,
kok dada anak saya sesak? Padahal kan anak saya tidak punya riwayat sakit asma”
Perawat 1 :
“ ibu sesak nafas tidak harus selalu dikarenakan karena penyakit asma bu, ini
bisa terjadi pada anak ibu karena klien mengalami syok waktu kecelakaan,
sehingga dadanya terasa sesak”
6. Assertive:
kemampuan dengan secara meyakinkan dan nyaman
mengekspresikan pikiran dan perasaan diri dengan tetap menghargai hak orang
lain.
Ibu :
“ Eh suster, tadi kata dokter sebaiknya dilakukan rogten
dan CT scan pada anak saya, tapi kok saya
nggak yakin ya
sus?”
Perawat
1 : “ Memang sebaiknya dilakukan itu
bu, agar bila terjadi sesuatu bisa segera diketahui dan ditangani, bagaiamana
bu apa ada yang kurang jelas?”
B.
Hambatan
yang terjadi pada kasus komunikasi terapeutik pada pasien di IGD adalah
1. Tranference :
respon tak sadar berupa perasaan atau perilaku klien terhadap perawat yang
didasarkan pengalaman pribadi klien.
Contoh
dialog
Pasien :
“ Saya maunya diantar mbak perawat yang
baik hati dan mirip ibu saya tadi saja sus”
Perawat : “ Perawat yang tadi sudah pulang dek, biar
saya antar saja ya dek, Ibunya juga boleh ikut nganter kok.
Pasien : “tidak mau sus, pokoknya saya maunya
sama suster yang tadi”
Perawat : “nanti kalo tidak segera di rotgen adek gak
bisa segera sembuh dan tidak bisa segera pulang kerumah hlo”
Pasien : “ (terdiam sejenak) Iya udah sus, ayo
kita ke ruang
rotgen”