Kata Pengantar
Puji dan syukur kepada Tuhan yang
Maha Esa yang telah memberkati kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu
kami dalam proses penyelesaian makalah ini.
Mengakui keterbatasan kami dalam menyusun makalah ini,
maka dengan rendah hati mohon kritik dan saran yang membangun sehingga dapat
membantu kami di kesempatan lain dalam menyusun makalah. Tidak semua hal dapat
kami hadirkan dengan sempurna dalam makalah ini. Kami melakukannya semaksimal
mungkin dengan kemampuan yang kami miliki.
Dengan menyelesaikan makalah ini
kami mengharapkan banyak manfaat. Semoga dengan adanya makalah tentang Cardiotografi (CTG) ini dapat memberi gambaran pengetahuan yang
cukup serta menjadi panduan yang berguna dalam pelaksanaan pembelajaran.
Akhir kata,
dengan rendah hati kami sekali lagi mengucapkan terima kasih banyak kepada
semua pihak yang telah membantu, dan khusus kepada dosen mata kuliah karena
telah mendorong kami dengan memberikan tugas membuat makalah, dan ini merupakan
pembelajaran yang sangat berarti bagi kami di masa yang akan datang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alat
Kardiotokografi (CTG) atau Fetal Monitor adalah alat yang digunakan untuk
memeriksa kondisi kesehatan janin. Pemeriksaan umumnya dapat dilakukan pada
usia kehamilan 7-9 bulan dan pada saat persalinan. Pemeriksaan CTG diperoleh
informasi berupa signal irama denyut jantung janin (DJJ), gerakan janin dan
kontraksi rahim. Pada saat bersalin kondisi janin dikatakan normal apabila
denyut jantung janin dalam keadaan reaktif, gerakan janin aktif dan dibarengi
dengan kontraksi rahim yang adekuat.
Apabila kemungkinan terdapat masalah
pada janin maka dokter akan melakukan pemeriksaan NST (non stress test) dengan
memberikan infus oksitosin untuk menimbulkan kontraksi rahim (his) dan denyut
jantung janin diperiksa dengan CTG. Apabila tampak kelainan pada hasil
pemeriksaan CTG maka dokter kandungan akan melakukan tindakan persalinan dengan
segera. Pemeriksaan dengan CTG sangat diperlukan pada fasilitas pelayanan
persalinan.
Dengan adanya kemajuan teknologi dan
produksi harga peralatan
CTG dapat menjadi lebih ekonomis. Dahulu hanya rumah sakit yang menyediakannya.
Sekarang tidak lagi! Agar pelayanan pemantauan pada ibu hamil dan bersalin
berjalan dengan baik rumah bersalin, klinik dokter bahkan bidan praktek swasta
sebaiknya memiliki CTG agar tidak ada kasus keterlambatan dalam mendiagnosis
adanya masalah pada ibu hamil dan melahirkan.
B.
Rumusan Masalah
- Apa Pengertian Cardiotocography (CTG) ?
- Bagaimana Mekanisme pengaturan DJJ ?
- Apa saja Syarat Pemeriksaan CTG ?
- Apa saja yang menjadi Indikator Pemeriksaan CTG ?
- Bagaimana cara kerja CTG ?
C. Tujuan Makalah
1.
Untuk mengetahui dan memahami pengetian
Cardiotocography (CTG)
2.
Untuk mengetahui dan memahami bagaimana
Mekanisme pengaturan DJJ
- Untuk mengetahui dan memahami apa saja syarat Pemeriksaan CTG
- Untuk mengetahui dan memahami apa saja yang menjadi Indikator Pemeriksaan CTG
- Untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara kerja CTG
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Cardiotocography (CTG)
Alat Kardiotokografi (CTG) atau juga
disebut Fetal Monitor adalah alat yang digunakan untuk memeriksa kondisi
kesehatan janin. Suatu alat untuk mengetahui kesejahteraan janin di dalam
rahim, dengan merekam pola denyut jantung janin dan hubungannya dengan gerakan
janin atau kontraksi rahim. Pemeriksaan
umumnya dapat dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan dan pada saat persalinan.
Pemeriksaan CTG diperoleh informasi berupa signal irama denyut jantung janin
(DJJ), gerakan janin dan kontraksi rahim. Bila terdapat perlambatan maka itu
menandakan adanya gawat janin akibat fungsi plasenta yang sudah tidak baik.
Pada saat bersalin kondisi janin dikatakan normal apabila denyut jantung janin
dalam keadaan reaktif, gerakan janin aktif dan dibarengi dengan kontraksi rahim
yang adekuat.
Apabila kemungkinan terdapat masalah
pada janin maka dokter akan melakukan pemeriksaan NST (non stress test) dengan
memberikan infus oksitosin untuk menimbulkan kontraksi rahim (his) dan denyut
jantung janin diperiksa dengan CTG. Apabila tampak kelainan pada hasil
pemeriksaan CTG maka dokter kandungan akan melakukan tindakan persalinan dengan
segera.
Pemeriksaan dengan CTG sangat
diperlukan pada fasilitas pelayanan persalinan. Dengan adanya kemajuan
teknologi dan produksi harga peralatan CTG dapat menjadi lebih ekonomis. Dahulu
hanya rumah sakit yang menyediakannya.Agar pelayanan pemantauan pada ibu hamil
dan bersalin berjalan dengan baik rumah bersalin, klinik dokter bahkan bidan
praktek swasta sebaiknya memiliki CTG agar tidak ada kasus keterlambatan dalam
mendiagnosis adanya masalah pada ibu hamil dan melahirkan.
Cara pengukuran CTG hampir sama
dengan doppler hanya pada CTG yang ditempelkan 2 alat yang satu untuk
mendeteksi DJJ yang satu untuk mendeteksi kontraksi, alat ini ditempelkan
selama kurang lebih 10-15 menit
B. Mekanisme Pengaturan
DJJ : (Normal
120-160dpm)
ü Sistem
Saraf Simpatis, yang bekerja pada miokardium, dimana dengan obat (beta
adrenergik) akan merangsang atau meningkatkan kekuatan otot jantung, frekruensi
& curah jantung.
ü Sistem
Saraf Para Simpatis, sebagian besar dipengaruhi oleh N.Vagus yang berasal dari
batang otak. Bekerja pada nodul SA dan AV serta neuron. Rangsangan N.Vagus (ex asetilkolin) akan
menurunkan kerja jantung, frekruensi dan curah jantung, sedangkan hambatan pada
N.Vagus (ex atropin) akan meningkatkan kerja, frekuensi dan curah jantung.
ü Baroreseptor,
letaknya diarkus aorta dan sinus karotid, dimana saat tekanan tinggi pada
daerah tersebut, maka reseptor-reseptornya akan merangsang N.Vagus untuk
menurunkan kerja, frekruensi dan curah jantung
ü Kemoreseptor
yang terletak di aorta dan badan karotid (bagian perifer) serta di batang otak
(sentral), dimana berf/ dalam pengaturan kadar CO2 dan O2 pd darah dan cairan
otak. Pada saat O2 turun dan CO2 naik, maka reseptor sentral akan mengakibatkan
takhikardi sehingga aliran darah bnayak dan O2 meningkat pd darah dan cairan
otak
ü Sistem
Saraf Pusat, berfungsi mengatur variabilitas DJJ. Pd keadaan tidur dimana
aktivitas otak tidak ada, maka variabilitas menurun.
ü Sistem
Hormonal, padakeadaan stress (asfiksia)
maka adrenal mengeluarkna epi&norepi untuk meningkatkan kerja, frekruensi dan curah jantung.
Ø Karakterisitik
DJJ :
ü Basa
fetal hearth rate, yakni baseline dan variabilitas disaat tidak ada gerakan dan
kontraksi uterus.
ü Reactivity,
merupakan perubahan pola DJJ saat ada gerakan dan kontraksi.
ü Baseline
Rate. Normal 120-160dpm, ada juga yang
membuat 120-150 dpm. Takhikardi jika djj > 160dpm, dan bradikardi jika djj < 120dpm.
ü Takhikardi
dapat terjadi pada keadaan : (Hipoksia janin (ringan / kronik), Kehamilan
preterm (<30 minggu), Infeksi ibu atau janin, Ibu febris atau gelisah, Ibu
hipertiroid, Takhiaritmia janin, Obat-obatan (mis. Atropin, Betamimetik.).
Ø Variabilitas
DJJ
Suatu gambaran osilasi yang tidak teratur
yang tampak pada rekaman djj, dan merupakan hasil dari interaksi antara saraf
simpatis (kardioakselerator) dengan sistem para (kardiodeselerator). Pada
keadaan hipoksia variabilitas akan menurun sampai menghilang. Dibedakan
atas dua : variabilitas jangkla pendek dan jangka panjang. Jangka panjang
dibedakan lagi : normal (6-25dpm), berkurang (2-5dpm), menghilang (<2dpm)
dan saltatory (>25dpm).
Ø
Perubahan Periodik DJJ
Suatu perubahan pola djj yang
berhubungan dengan kontraksi dan gerakan janin (akselerasi dan deselerasi).
C. Syarat Pemeriksaan CTG
- Usia kehamilan mulai 28 minggu
- Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan)
- Punktum maksimun denyut jantung janin (DJJ) diketahui
- Prsedur pemasangan alat sesuai dengan petunjuk penggunaan
- Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan.
- Waktu pemeriksaan selama 20 menit,
- Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tak menyakitkan ibu maupun bayi.
- Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat segera diberikan pertolongan yang sesuai.
- Konsultasi langsung dengan dokter kandungan
D. Indikator Pemeriksaan CTG
Pemeriksaan CTG penting dilakukan
pada Ibu dengan indikasi pre-eklampsia-eklampsia, ketuban pecah, diabetes
mellitus, kehamilan 40 minggu, vitium
cordis, asthma bronkhiale, inkompatibilitas
rhesus atau ABO, infeksi
TORCH, bekas
SC, induksi
atau akselerasi persalinan, persalinan
preterm, hipotensi, perdarahan
antepartum, ibu perokok, berusia
lanjut (>35 tahun), lain-lain
: sickle cell, penyakit kolagen, anemia, penyakit ginjal, penyakit paru,
penyakit jantung, dan penyakit tiroid. Untuk
kehamilan beresiko rendah untuk memonitoring kesejahteraan janin.
Dan
juga pada janin dengan indikasi pertumbuhan
janin terhambat (PJT), gerakan
janin berkurang, suspek
lilitan tali pusat, aritmia, bradikardi, atau takikardi
janin, hidrops fetalis, kelainan
presentasi, termasuk pasca versi luar, mekoneum
dalam cairan ketuban, riwayat lahir mati, kehamilan
ganda.
Pemeriksaan
CTG penting dilakukan pada setiap ibu hamil pada usia kehamilan 28 minggu untuk
pemantauan kondisi janin terutama dalam keadaan:
a) Kehamilan
dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis, tiroid, penyakit infeksi kronis,
dll)
b) Kehamilan
dengan berat badan janin rendah (Intra Uterine Growth Retriction)
c) Oligohidramnion
(air ketuban sedikit sekali)
d) Polihidramnion
(air ketuban berlebih)
E. Cara Kerja CTG
Ø Persiapan
Pemeriksaan CTG
- Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan.
- Waktu pemeriksaan selama 20 menit,
- Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tak menyakitkan ibu maupun bayi.
- Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat segera diberikan pertolongan yang sesuai.
- Konsultasi langsung dengan dokter kandungan
Ø Prosedur
- Persetujuan tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi, cara pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak medik ini dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien (cukup persetujuan lisan).
- Kosongkan kandung kencing.
- Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.
- Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau gawat janin, ibu tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter / menit.
- Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan punktum maksimum DJJ
- Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum dan segera setelah kontraksi berakhir..
- Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di daerah punktum maksimum.
- Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergerak, pencet bel yang telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu selama perekaman KTG.
- Hidupkan komputer dan Kardiotokograf.
- Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil yang ingin dicapai).
- Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah sakit).
- Matikan komputer dan mesin kardiotokograf. Bersihkan dan rapikan kembali
- Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.
- Berikan hasil rekaman KTG kepada dokter penanggung jawab atau paramedik membantu membacakan hasi interpretasi komputer secara lengkap kepada dokter.
- PARAMEDIK (BIDAN) DILARANG MEMBERIKAN INTERPRETASI HASIL CTG KEPADA PASIEN.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam hal Kebidanan alat – alat elektronik juga menjadi suatu keharusan untuk mendukung
pelayanan kebidanan yang jauh lebih baik .Selama masa kehamilan tentunya ibu
selalu berharap yang terbaik untuk janin di dalam kandungan. Alat – alat elektronik pun berperan
penting dalam membantu selama proses kehamilan dan pelayanan dalam kebidanan. Dalam menyatakan kecepatan denyut jantung,
yang dinyatakan dalam jumlah denyut per menit (beat per menit – bpm). Heart
rate dapat diperoleh dari EKG. Dopler adalah alat diagnostik yang digunakan
untuk mendeteksi denyut jantung bayi yang menggunakan prinsip pantulan
gelombang elektromagnetik. Alat ini sangat berguna untuk mengetahui kondisi
kesehatan janin, dan aman digunakan dan bersifat non invasif. Suctioning atau
penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas sehingga
memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas
dengan cara mengeluarkan secret pada klien yang tidak mampu
mengeluarkannya sendiri. Ekstraksi vakum merupakan tindakan obstetrik yang
bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu
dan ekstraksi pada bayi. Alat Kardiotokografi (CTG) atau juga disebut Fetal
Monitor adalah alat yang digunakan untuk memeriksa kondisi kesehatan janin.
Dengan mengenal alat- alat elektronik pelayanan kebidanan agar kita dapat
mengetahui dan menggunakan alat – alat tersebut sebagaimana mestinya.
B. Saran
Kepada mahasiswa untuk lebih mengenal
alat-alat elektronik kebidanan beserta fungsi dan cara kerja sehingga dapat
menggunakan alat tersebut sebagaimana mestinya. Diharapkan
mahasiswa dapat melaksanakan pelayanan kebidanan lebih akurat dengan
dipermudah dengan alat-alat elektronik kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA
http://dikamed.com/kardiotokografi-ctg-alat-memantau-kesejahteraan-janin-yang-wajib-dimiliki-fasilitas-pelayanan-persalinan.html
https://navy102.wordpress.com/2008/10/07/cardiotocography-dalam-kebidanan/
Kata Pengantar
Puji dan syukur kepada Tuhan yang
Maha Esa yang telah memberkati kami sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih bagi seluruh pihak yang telah membantu
kami dalam proses penyelesaian makalah ini.
Mengakui keterbatasan kami dalam menyusun makalah ini,
maka dengan rendah hati mohon kritik dan saran yang membangun sehingga dapat
membantu kami di kesempatan lain dalam menyusun makalah. Tidak semua hal dapat
kami hadirkan dengan sempurna dalam makalah ini. Kami melakukannya semaksimal
mungkin dengan kemampuan yang kami miliki.
Dengan menyelesaikan makalah ini
kami mengharapkan banyak manfaat. Semoga dengan adanya makalah tentang Cardiotografi (CTG) ini dapat memberi gambaran pengetahuan yang
cukup serta menjadi panduan yang berguna dalam pelaksanaan pembelajaran.
Akhir kata,
dengan rendah hati kami sekali lagi mengucapkan terima kasih banyak kepada
semua pihak yang telah membantu, dan khusus kepada dosen mata kuliah karena
telah mendorong kami dengan memberikan tugas membuat makalah, dan ini merupakan
pembelajaran yang sangat berarti bagi kami di masa yang akan datang.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Alat
Kardiotokografi (CTG) atau Fetal Monitor adalah alat yang digunakan untuk
memeriksa kondisi kesehatan janin. Pemeriksaan umumnya dapat dilakukan pada
usia kehamilan 7-9 bulan dan pada saat persalinan. Pemeriksaan CTG diperoleh
informasi berupa signal irama denyut jantung janin (DJJ), gerakan janin dan
kontraksi rahim. Pada saat bersalin kondisi janin dikatakan normal apabila
denyut jantung janin dalam keadaan reaktif, gerakan janin aktif dan dibarengi
dengan kontraksi rahim yang adekuat.
Apabila kemungkinan terdapat masalah
pada janin maka dokter akan melakukan pemeriksaan NST (non stress test) dengan
memberikan infus oksitosin untuk menimbulkan kontraksi rahim (his) dan denyut
jantung janin diperiksa dengan CTG. Apabila tampak kelainan pada hasil
pemeriksaan CTG maka dokter kandungan akan melakukan tindakan persalinan dengan
segera. Pemeriksaan dengan CTG sangat diperlukan pada fasilitas pelayanan
persalinan.
Dengan adanya kemajuan teknologi dan
produksi harga peralatan
CTG dapat menjadi lebih ekonomis. Dahulu hanya rumah sakit yang menyediakannya.
Sekarang tidak lagi! Agar pelayanan pemantauan pada ibu hamil dan bersalin
berjalan dengan baik rumah bersalin, klinik dokter bahkan bidan praktek swasta
sebaiknya memiliki CTG agar tidak ada kasus keterlambatan dalam mendiagnosis
adanya masalah pada ibu hamil dan melahirkan.
B.
Rumusan Masalah
- Apa Pengertian Cardiotocography (CTG) ?
- Bagaimana Mekanisme pengaturan DJJ ?
- Apa saja Syarat Pemeriksaan CTG ?
- Apa saja yang menjadi Indikator Pemeriksaan CTG ?
- Bagaimana cara kerja CTG ?
C. Tujuan Makalah
1.
Untuk mengetahui dan memahami pengetian
Cardiotocography (CTG)
2.
Untuk mengetahui dan memahami bagaimana
Mekanisme pengaturan DJJ
- Untuk mengetahui dan memahami apa saja syarat Pemeriksaan CTG
- Untuk mengetahui dan memahami apa saja yang menjadi Indikator Pemeriksaan CTG
- Untuk mengetahui dan memahami bagaimana cara kerja CTG
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Cardiotocography (CTG)
Alat Kardiotokografi (CTG) atau juga
disebut Fetal Monitor adalah alat yang digunakan untuk memeriksa kondisi
kesehatan janin. Suatu alat untuk mengetahui kesejahteraan janin di dalam
rahim, dengan merekam pola denyut jantung janin dan hubungannya dengan gerakan
janin atau kontraksi rahim. Pemeriksaan
umumnya dapat dilakukan pada usia kehamilan 7-9 bulan dan pada saat persalinan.
Pemeriksaan CTG diperoleh informasi berupa signal irama denyut jantung janin
(DJJ), gerakan janin dan kontraksi rahim. Bila terdapat perlambatan maka itu
menandakan adanya gawat janin akibat fungsi plasenta yang sudah tidak baik.
Pada saat bersalin kondisi janin dikatakan normal apabila denyut jantung janin
dalam keadaan reaktif, gerakan janin aktif dan dibarengi dengan kontraksi rahim
yang adekuat.
Apabila kemungkinan terdapat masalah
pada janin maka dokter akan melakukan pemeriksaan NST (non stress test) dengan
memberikan infus oksitosin untuk menimbulkan kontraksi rahim (his) dan denyut
jantung janin diperiksa dengan CTG. Apabila tampak kelainan pada hasil
pemeriksaan CTG maka dokter kandungan akan melakukan tindakan persalinan dengan
segera.
Pemeriksaan dengan CTG sangat
diperlukan pada fasilitas pelayanan persalinan. Dengan adanya kemajuan
teknologi dan produksi harga peralatan CTG dapat menjadi lebih ekonomis. Dahulu
hanya rumah sakit yang menyediakannya.Agar pelayanan pemantauan pada ibu hamil
dan bersalin berjalan dengan baik rumah bersalin, klinik dokter bahkan bidan
praktek swasta sebaiknya memiliki CTG agar tidak ada kasus keterlambatan dalam
mendiagnosis adanya masalah pada ibu hamil dan melahirkan.
Cara pengukuran CTG hampir sama
dengan doppler hanya pada CTG yang ditempelkan 2 alat yang satu untuk
mendeteksi DJJ yang satu untuk mendeteksi kontraksi, alat ini ditempelkan
selama kurang lebih 10-15 menit
B. Mekanisme Pengaturan
DJJ : (Normal
120-160dpm)
ü Sistem
Saraf Simpatis, yang bekerja pada miokardium, dimana dengan obat (beta
adrenergik) akan merangsang atau meningkatkan kekuatan otot jantung, frekruensi
& curah jantung.
ü Sistem
Saraf Para Simpatis, sebagian besar dipengaruhi oleh N.Vagus yang berasal dari
batang otak. Bekerja pada nodul SA dan AV serta neuron. Rangsangan N.Vagus (ex asetilkolin) akan
menurunkan kerja jantung, frekruensi dan curah jantung, sedangkan hambatan pada
N.Vagus (ex atropin) akan meningkatkan kerja, frekuensi dan curah jantung.
ü Baroreseptor,
letaknya diarkus aorta dan sinus karotid, dimana saat tekanan tinggi pada
daerah tersebut, maka reseptor-reseptornya akan merangsang N.Vagus untuk
menurunkan kerja, frekruensi dan curah jantung
ü Kemoreseptor
yang terletak di aorta dan badan karotid (bagian perifer) serta di batang otak
(sentral), dimana berf/ dalam pengaturan kadar CO2 dan O2 pd darah dan cairan
otak. Pada saat O2 turun dan CO2 naik, maka reseptor sentral akan mengakibatkan
takhikardi sehingga aliran darah bnayak dan O2 meningkat pd darah dan cairan
otak
ü Sistem
Saraf Pusat, berfungsi mengatur variabilitas DJJ. Pd keadaan tidur dimana
aktivitas otak tidak ada, maka variabilitas menurun.
ü Sistem
Hormonal, padakeadaan stress (asfiksia)
maka adrenal mengeluarkna epi&norepi untuk meningkatkan kerja, frekruensi dan curah jantung.
Ø Karakterisitik
DJJ :
ü Basa
fetal hearth rate, yakni baseline dan variabilitas disaat tidak ada gerakan dan
kontraksi uterus.
ü Reactivity,
merupakan perubahan pola DJJ saat ada gerakan dan kontraksi.
ü Baseline
Rate. Normal 120-160dpm, ada juga yang
membuat 120-150 dpm. Takhikardi jika djj > 160dpm, dan bradikardi jika djj < 120dpm.
ü Takhikardi
dapat terjadi pada keadaan : (Hipoksia janin (ringan / kronik), Kehamilan
preterm (<30 minggu), Infeksi ibu atau janin, Ibu febris atau gelisah, Ibu
hipertiroid, Takhiaritmia janin, Obat-obatan (mis. Atropin, Betamimetik.).
Ø Variabilitas
DJJ
Suatu gambaran osilasi yang tidak teratur
yang tampak pada rekaman djj, dan merupakan hasil dari interaksi antara saraf
simpatis (kardioakselerator) dengan sistem para (kardiodeselerator). Pada
keadaan hipoksia variabilitas akan menurun sampai menghilang. Dibedakan
atas dua : variabilitas jangkla pendek dan jangka panjang. Jangka panjang
dibedakan lagi : normal (6-25dpm), berkurang (2-5dpm), menghilang (<2dpm)
dan saltatory (>25dpm).
Ø
Perubahan Periodik DJJ
Suatu perubahan pola djj yang
berhubungan dengan kontraksi dan gerakan janin (akselerasi dan deselerasi).
C. Syarat Pemeriksaan CTG
- Usia kehamilan mulai 28 minggu
- Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara lisan)
- Punktum maksimun denyut jantung janin (DJJ) diketahui
- Prsedur pemasangan alat sesuai dengan petunjuk penggunaan
- Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan.
- Waktu pemeriksaan selama 20 menit,
- Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tak menyakitkan ibu maupun bayi.
- Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat segera diberikan pertolongan yang sesuai.
- Konsultasi langsung dengan dokter kandungan
D. Indikator Pemeriksaan CTG
Pemeriksaan CTG penting dilakukan
pada Ibu dengan indikasi pre-eklampsia-eklampsia, ketuban pecah, diabetes
mellitus, kehamilan 40 minggu, vitium
cordis, asthma bronkhiale, inkompatibilitas
rhesus atau ABO, infeksi
TORCH, bekas
SC, induksi
atau akselerasi persalinan, persalinan
preterm, hipotensi, perdarahan
antepartum, ibu perokok, berusia
lanjut (>35 tahun), lain-lain
: sickle cell, penyakit kolagen, anemia, penyakit ginjal, penyakit paru,
penyakit jantung, dan penyakit tiroid. Untuk
kehamilan beresiko rendah untuk memonitoring kesejahteraan janin.
Dan
juga pada janin dengan indikasi pertumbuhan
janin terhambat (PJT), gerakan
janin berkurang, suspek
lilitan tali pusat, aritmia, bradikardi, atau takikardi
janin, hidrops fetalis, kelainan
presentasi, termasuk pasca versi luar, mekoneum
dalam cairan ketuban, riwayat lahir mati, kehamilan
ganda.
Pemeriksaan
CTG penting dilakukan pada setiap ibu hamil pada usia kehamilan 28 minggu untuk
pemantauan kondisi janin terutama dalam keadaan:
a) Kehamilan
dengan komplikasi (darah tinggi, kencing manis, tiroid, penyakit infeksi kronis,
dll)
b) Kehamilan
dengan berat badan janin rendah (Intra Uterine Growth Retriction)
c) Oligohidramnion
(air ketuban sedikit sekali)
d) Polihidramnion
(air ketuban berlebih)
E. Cara Kerja CTG
Ø Persiapan
Pemeriksaan CTG
- Sebaiknya dilakukan 2 jam setelah makan.
- Waktu pemeriksaan selama 20 menit,
- Selama pemeriksaan posisi ibu berbaring nyaman dan tak menyakitkan ibu maupun bayi.
- Bila ditemukan kelainan maka pemantauan dilanjutkan dan dapat segera diberikan pertolongan yang sesuai.
- Konsultasi langsung dengan dokter kandungan
Ø Prosedur
- Persetujuan tindak medik (Informed Consent) : menjelaskan indikasi, cara pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat. Persetujuan tindak medik ini dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien (cukup persetujuan lisan).
- Kosongkan kandung kencing.
- Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.
- Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda insufisiensi utero-plasenter atau gawat janin, ibu tidur miring ke kiri dan diberi oksigen 4 liter / menit.
- Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak, presentasi dan punktum maksimum DJJ
- Hitung DJJ selama satu menit; bila ada his, dihitung sebelum dan segera setelah kontraksi berakhir..
- Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus uteri dan DJJ di daerah punktum maksimum.
- Setelah transduser terpasang baik, beri tahu ibu bila janin terasa bergerak, pencet bel yang telah disediakan dan hitung berapa gerakan bayi yang dirasakan oleh ibu selama perekaman KTG.
- Hidupkan komputer dan Kardiotokograf.
- Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan janin dan hasil yang ingin dicapai).
- Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data untuk rumah sakit).
- Matikan komputer dan mesin kardiotokograf. Bersihkan dan rapikan kembali
- Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah selesai.
- Berikan hasil rekaman KTG kepada dokter penanggung jawab atau paramedik membantu membacakan hasi interpretasi komputer secara lengkap kepada dokter.
- PARAMEDIK (BIDAN) DILARANG MEMBERIKAN INTERPRETASI HASIL CTG KEPADA PASIEN.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam hal Kebidanan alat – alat elektronik juga menjadi suatu keharusan untuk mendukung
pelayanan kebidanan yang jauh lebih baik .Selama masa kehamilan tentunya ibu
selalu berharap yang terbaik untuk janin di dalam kandungan. Alat – alat elektronik pun berperan
penting dalam membantu selama proses kehamilan dan pelayanan dalam kebidanan. Dalam menyatakan kecepatan denyut jantung,
yang dinyatakan dalam jumlah denyut per menit (beat per menit – bpm). Heart
rate dapat diperoleh dari EKG. Dopler adalah alat diagnostik yang digunakan
untuk mendeteksi denyut jantung bayi yang menggunakan prinsip pantulan
gelombang elektromagnetik. Alat ini sangat berguna untuk mengetahui kondisi
kesehatan janin, dan aman digunakan dan bersifat non invasif. Suctioning atau
penghisapan merupakan tindakan untuk mempertahankan jalan nafas sehingga
memungkinkan terjadinya proses pertukaran gas
dengan cara mengeluarkan secret pada klien yang tidak mampu
mengeluarkannya sendiri. Ekstraksi vakum merupakan tindakan obstetrik yang
bertujuan untuk mempercepat kala pengeluaran dengan sinergi tenaga mengedan ibu
dan ekstraksi pada bayi. Alat Kardiotokografi (CTG) atau juga disebut Fetal
Monitor adalah alat yang digunakan untuk memeriksa kondisi kesehatan janin.
Dengan mengenal alat- alat elektronik pelayanan kebidanan agar kita dapat
mengetahui dan menggunakan alat – alat tersebut sebagaimana mestinya.
B. Saran
Kepada mahasiswa untuk lebih mengenal
alat-alat elektronik kebidanan beserta fungsi dan cara kerja sehingga dapat
menggunakan alat tersebut sebagaimana mestinya. Diharapkan
mahasiswa dapat melaksanakan pelayanan kebidanan lebih akurat dengan
dipermudah dengan alat-alat elektronik kebidanan.
DAFTAR PUSTAKA
http://dikamed.com/kardiotokografi-ctg-alat-memantau-kesejahteraan-janin-yang-wajib-dimiliki-fasilitas-pelayanan-persalinan.html
https://navy102.wordpress.com/2008/10/07/cardiotocography-dalam-kebidanan/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar