Pengaruh Minum Teh Pada Usia Lanjut
Beserta Cara Menanganinya
Kebiasaan minum teh sudah
menjadi budaya bagi penduduk dunia. Selain air putih, teh merupakan minuman
yang paling banyak dikonsumsi oleh manusia, terutama pada kalangan Lansia. Rata-rata
konsumsi teh penduduk dunia adalah 120 mL/hari per kapita.
1.
menurunkan risiko
terjadinya penyakit kardiovaskuler (Hertog, 1997)
2. menghambat
perkembangan kanker (Yang C et al., 2000)
3. mempunyai efek untuk menjaga kesehatan gigi
dan mulut karena kandungan natural florida yang dimilikinya dapat mencegah
terjadinya karies pada gigi (Jones C et al., 1999)
4. mengurangi
risiko terjadinya patah tulang pada usila karena densitas tulang pada mereka
yang minum teh lebih baik daripada mereka yang tidak minum teh (Hegarty et al.,
2000) .
5. dapat
meningkatkan kondisi kognitif dan psikomotor pada orang dewasa (Hindmarch et
al. 2000)
6. melaporkan bahwa adanya hubungan yang negatif antara konsumsi teh dengan kejadian batu ginjal pada wanita usia 40-65 th (Curhan et al, 1998). Setelah dikontrol oleh variabel pengganggu, konsumsi teh sebanyak 240 ml per hari dapat menurunkan risiko terjadinya batu ginjal sebesar 8%.
6. melaporkan bahwa adanya hubungan yang negatif antara konsumsi teh dengan kejadian batu ginjal pada wanita usia 40-65 th (Curhan et al, 1998). Setelah dikontrol oleh variabel pengganggu, konsumsi teh sebanyak 240 ml per hari dapat menurunkan risiko terjadinya batu ginjal sebesar 8%.
Walaupun teh mempunyai banyak
manfaat kesehatan, namun ternyata teh juga diketahui menghambat penyerapan zat
besi yang bersumber dari bukan hem (non-heme iron). Hurrell RF,
Reddy M, dan Cook JD, 1999 8 melaporkan bahwa teh hitam dapat
menghambat penyerapan zat besi non-heme sebesar 79-94% jika dikonsumsi
bersama-sama.
Status
kesehatan usila secara umum mulai menurun, terutama pada kondisi fisik dan
psikososial yang berpotensi menimbulkan masalah kesehatan lainnya. Permasalahan
yang dihadapi usila pada umumnya adalah penyakit degeneratif dan gizi. Kelompok
usila pada umumnya memiliki gigi yang tidak sempurna lagi, sehingga mempunyai
keterbatasan dalam mengkonsumsi zat besi yang bersumber dari hewani (heme iron), akibatnya usila sangat
rentan terhadap kejadian anemia. Walaupun
usila dapat mengkonsumsi zat besi bersumber nabati, namun apabila dikonsumsi
bersama-sama dengan teh maka penyerapan zat besinya akan terhambat, sehingga
usila tersebut tetap rentan terhadap kejadian anemia.
Anemia
kurang zat besi merupakan penyakit nomor satu terbanyak yang diderita oleh
usila di Indonesia dengan angka kejadian sebesar 50%, kemudian diikuti oleh
penyakit jantung dan pembuluh darah 29,5%, infeksi saluran pernafasan 12,2%,
TBC 11,5%, dan kanker 2,2% (Depkes, 2003)
Kekurangan asupan lauk pauk juga dapat
menyebabkan anemia, namun selain asupan lauk dan pauk yang kurang, faktor lain
yang berperan dalam kejadian anemia pada usila adalah prilaku minum teh setiap
hari. Walaupun telah banyak penelitian yang membuktikan beragam manfaat dari
minum teh, namun cara konsumsi teh yang tidak tepat akan menimbulkan dampak
negatif, terutama terjadinya anemia pada usila. Hal ini dapat disebabkan oleh
beberapa hal antara lain karena teh mengandung tanin yang dapat mengikat
mineral (termasuk zat besi) dan pada sebagian teh (terutama teh hitam) senyawa
polifenol yang berperan sebagai antioksidan ternyata telah mengalami oksidasi,
sehingga dapat mengikat mineral seperti Fe, Zn, dan Ca sehingga penyerapan zat
besi berkurang. Sedangkan pada teh hijau senyawa polifenolnya masih banyak,
sehingga kita masih dapat meningkatkan peranannya sebagai antioksiKdan.
Angka
kejadian anemia pada usila dapat diturunkan melalui 3 langkah utama, yaitu:
1)
perubahan pola minum teh
Perubahan pola minum teh dapat dilakukan dengan cara
mengurangi konsumsi teh menjadi tidak setiap hari atau minum 2--3 jam setelah
makan seperti yang dianjurkan oleh Alsuhendra (2002) . Kita
(termasuk usila) mempunyai kebiasaan minum teh bersamaan dengan saat makan
nasi. Ini kekeliruan gizi yang harus diubah. Seperti telah dijelaskan, teh
mengandung tanin yang dapat mengikat mineral. Untuk itu sebaiknya minum teh
tidak dilakukan bersamaan dengan makan, tetapi sekitar 2--3 jam sesudahnya.
2)
meningkatkan asupan lauk (protein hewani)
3)
meningkatkan asupan pauk (protein nabati).
Lansia yang memiliki kebiasaan minum teh
tiap hari punya risiko 92 kali lebih tinggi untuk menderita anemia dibandingkan
lansia yang tidak pernah minum teh. Untuk menurunkan kejadian anemia pada
usila, disarankan kepada usila untuk mengurangi kebiasaan minum tehnya atau
minum teh 2—3 jam sesudah makan atau meningkatkan asupan protein terutama
protein hewani. Namun, mengingat kondisi gigi serta keuangan usila, maka
perubahan kebiasaan minum teh merupakan pilihan yang paling bijak untuk
menurunkan kejadian anemia.
Jadi dalam hal ini bukan
berarti lansia tidak boleh mengonsumsi teh, hanya saja pola dan porsinya yang
perlu diperhatikan seperti yang telah dijelaskan pada artikel diatas. Semoga
artikel ini dapat bermanfaat bagi masyarakat terutama para lansia dan
keluarganya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar