Jumat, 08 Desember 2017

Promosi Kesehatan Gizi Masyarakat oleh Neneng Nur Aeini (16.0.P.092)




Pengaruh Minum Teh Pada Usia Lanjut 
Beserta Cara Menanganinya


Kebiasaan minum teh sudah menjadi budaya bagi penduduk dunia. Selain air putih, teh merupakan minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh manusia, terutama pada kalangan Lansia. Rata-rata konsumsi teh penduduk dunia adalah 120 mL/hari per kapita.

Teh diketahui mempunyai banyak manfaat kesehatan, antara lain :
1.      menurunkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler (Hertog, 1997) 
2.      menghambat perkembangan kanker (Yang C et al., 2000) 
3.     mempunyai efek untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut karena kandungan natural florida yang dimilikinya dapat mencegah terjadinya karies pada gigi (Jones C et al., 1999) 
4.      mengurangi risiko terjadinya patah tulang pada usila karena densitas tulang pada mereka yang minum teh lebih baik daripada mereka yang tidak minum teh (Hegarty et al., 2000) .
5.      dapat meningkatkan kondisi kognitif dan psikomotor pada orang dewasa (Hindmarch et al. 2000) 
6.      melaporkan bahwa adanya hubungan yang negatif antara konsumsi teh dengan kejadian batu ginjal pada wanita usia 40-65 th (Curhan et al, 1998). Setelah dikontrol oleh variabel pengganggu, konsumsi teh sebanyak 240 ml per hari dapat menurunkan risiko terjadinya batu ginjal sebesar 8%.
Walaupun teh mempunyai banyak manfaat kesehatan, namun ternyata teh juga diketahui menghambat penyerapan zat besi yang bersumber dari bukan hem (non-heme iron).  Hurrell RF, Reddy M, dan Cook JD, 1999 8 melaporkan bahwa teh hitam dapat menghambat penyerapan zat besi non-heme sebesar 79-94% jika dikonsumsi bersama-sama. 


Status kesehatan usila secara umum mulai menurun, terutama pada kondisi fisik dan psikososial yang berpotensi menimbulkan masalah kesehatan lainnya. Permasalahan yang dihadapi usila pada umumnya adalah penyakit degeneratif dan gizi. Kelompok usila pada umumnya memiliki gigi yang tidak sempurna lagi, sehingga mempunyai keterbatasan dalam mengkonsumsi zat besi yang bersumber dari hewani (heme iron), akibatnya usila sangat rentan terhadap kejadian anemia.  Walaupun usila dapat mengkonsumsi zat besi bersumber nabati, namun apabila dikonsumsi bersama-sama dengan teh maka penyerapan zat besinya akan terhambat, sehingga usila tersebut tetap rentan terhadap kejadian anemia.
Anemia kurang zat besi merupakan penyakit nomor satu terbanyak yang diderita oleh usila di Indonesia dengan angka kejadian sebesar 50%, kemudian diikuti oleh penyakit jantung dan pembuluh darah 29,5%, infeksi saluran pernafasan 12,2%, TBC 11,5%, dan kanker 2,2% (Depkes, 2003) 
Kekurangan asupan lauk pauk juga dapat menyebabkan anemia, namun selain asupan lauk dan pauk yang kurang, faktor lain yang berperan dalam kejadian anemia pada usila adalah prilaku minum teh setiap hari. Walaupun telah banyak penelitian yang membuktikan beragam manfaat dari minum teh, namun cara konsumsi teh yang tidak tepat akan menimbulkan dampak negatif, terutama terjadinya anemia pada usila. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain karena teh mengandung tanin yang dapat mengikat mineral (termasuk zat besi) dan pada sebagian teh (terutama teh hitam) senyawa polifenol yang berperan sebagai antioksidan ternyata telah mengalami oksidasi, sehingga dapat mengikat mineral seperti Fe, Zn, dan Ca sehingga penyerapan zat besi berkurang. Sedangkan pada teh hijau senyawa polifenolnya masih banyak, sehingga kita masih dapat meningkatkan peranannya sebagai antioksiKdan.

Angka kejadian anemia pada usila dapat diturunkan melalui 3 langkah utama, yaitu:
1)      perubahan pola minum teh
Perubahan pola minum teh dapat dilakukan dengan cara mengurangi konsumsi teh menjadi tidak setiap hari atau minum 2--3 jam setelah makan seperti yang dianjurkan oleh Alsuhendra (2002) . Kita (termasuk usila) mempunyai kebiasaan minum teh bersamaan dengan saat makan nasi. Ini kekeliruan gizi yang harus diubah. Seperti telah dijelaskan, teh mengandung tanin yang dapat mengikat mineral. Untuk itu sebaiknya minum teh tidak dilakukan bersamaan dengan makan, tetapi sekitar 2--3 jam sesudahnya.
2)      meningkatkan asupan lauk (protein hewani)
3)      meningkatkan asupan pauk (protein nabati).
Lansia yang memiliki kebiasaan minum teh tiap hari punya risiko 92 kali lebih tinggi untuk menderita anemia dibandingkan lansia yang tidak pernah minum teh. Untuk menurunkan kejadian anemia pada usila, disarankan kepada usila untuk mengurangi kebiasaan minum tehnya atau minum teh 2—3 jam sesudah makan atau meningkatkan asupan protein terutama protein hewani. Namun, mengingat kondisi gigi serta keuangan usila, maka perubahan kebiasaan minum teh merupakan pilihan yang paling bijak untuk menurunkan kejadian anemia.
Jadi dalam hal ini bukan berarti lansia tidak boleh mengonsumsi teh, hanya saja pola dan porsinya yang perlu diperhatikan seperti yang telah dijelaskan pada artikel diatas. Semoga artikel ini dapat bermanfaat bagi masyarakat terutama para lansia dan keluarganya.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar